Kenal Lebih Dekat dengan Siti Hajar, Hikmah Melaksanakan Rukun Sa’i

Kategori : Umrah, Haji, Ditulis pada : 04 Maret 2023, 00:59:38

Membahas mengenai ibadah haji dan umrah tentunya sangat menarik bagi seorang muslim, apalagi bagi Anda yang sedang menyiapkan diri untuk menjalani ibadah ke tanah suci. Banyak hikmah yang bisa Anda petik dari perjalanan ibadah haji dan umrah. Selain menambah spiritualitas Anda, Anda bisa memaknai rangkaian ibadah yang Anda tunaikan saat di tanah suci.

terlebih ketika mengerjakan rukun-rukun haji dan umrah, salah satunya adalah sa’i. Sa’i merupakan rukun ketiga selepas ihram dan thawaf. Sama dengan rukun-rukun yang lain, sa’i mempunyai karakteristik khusus dalam aktivitasnya. Istimewanya lagi, Anda bisa memetik hikmah dari sejarah mengapa sa’i menjadi rukun yang tak boleh Anda lewatkan.

16.jpg

Photo by Mohamed Nohassi on Unsplash

Secara bahasa, sa’i artinya usaha. Sedangkan rukun sa’i yang kita kenal adalah lari-lari kecil bolak-balik sebanyak 7 kali antara bukit Shafa dan Marwa, dimulai dari bukit Shafa dan diakhiri di bukit Marwa.

Jarak antara bukit Shafa dan Marwa yaitu sejauh 400 meter, jadi total jarak yang Anda tempuh  kurang lebih 3 kilometer jika bolak-balik sebanyak 7 kali. Tentu saja, Anda wajib mempersiapkan kesehatan tubuh sebelum menjalani rukun ini. Misalnya, olahraga secara teratur seperti berjalan berapa langkah per hari, jogging atau lari setiap pagi, atau lainnya yang dapat menambah kekuatan fisik Anda. Jadi fisik Anda jauh lebih kuat ketika menunaikan rukun haji dan umrah seperti sa’i.

Sejarah Sa’i

Bila melihat sejarahnya, sa’i ini bermula dari kisah Nabi Ibrahim ketika diperintahkan oleh Allah SWT untuk hijrah dari Palestina ke lembah tandus bernama Makkah. Waktu itu, adalah hal yang berat bagi Nabi Ibrahim diperintahkan meninggalkan istri dan anaknya, Siti Hajar dan Ismail kecil di tanah yang tandus nyaris tidak ada kehidupan di sana.

Siti Hajar hanya pasrah berjalan mengikuti suaminya, pun ketika Nabi Ibrahim pergi meninggalkannya di Makkah. Siti Hajar bingung dengan apa yang terjadi, bolak-balik ia menanyakan pada Nabi Ibrahim yang enggan menjawab. Akhirnya ia bertanya, “Hendak kemanakah Engkau, wahai Ibrahim?” Akan tetapi Nabi Ibrahim tetap diam.

Lalu Siti Hajar bertanya, “Kepada siapakah kami ditinggalkan di lembah ini? Apakah Allah SWT yang memerintahkanmu, wahai Ibrahim?” Lalu Nabi Ibrahim menjawab, “Ya, Allah yang memerintahku.” Dengan wajah yang bahagia kemudian ibunda Ismail menjawab, “Laa Yudhoiyyuna ya Allah,” yang artinya ‘Allah tidak akan menelantarkan kami.

Nabi Ibrahim pun kembali ke Palestina. Meninggalkan istri dan anak lelakinya di lembah gersang tersebut karena Allah SWT. Ia mengembalikan segala urusan pada Allah. Siti Hajar, sebagai istri yang shalihah juga taat kepada Allah SWT yakin bahwa dirinya akan dilindungi oleh Allah.

Selama berhari-hari ia terus usaha untuk bertahan hidup dengan perbekalan yang ia bawa. Hingga suatu hari perbekalannya sudah habis, Ismail kecil juga terus menangis karena air susunya tidak keluar. Lalu, Siti Hajar kesana kemari mencari sumber air di antara dua bukit yaitu bukit Shafa dan bukit Marwa.

Siti Hajar berjalan cepat dari bukit Shafa ke bukit Marwa tanpa tahu di mana letak sumber air, hanya fatamorgana yang ia lihat. Ia kesana-kemari sebanyak 7 kali, sambil terus berdoa kepada Allah, yakin Allah akan datangkan pertolongan kepadanya. Tentu saja, Allah memberikan pertolongan-Nya di saat yang tepat.

Tak disangka, Siti Hajar telah berjalan bolak-balik Shafa dan Marwa, tapi Allah justru hadirkan sumber mata air dari bawah kaki kecil Ismail yang menendang-nendang, Sumber air tersebut sangat melimpah, bahkan hingga hari ini masih bisa Anda nikmati yang dikenal dengan Air Zam-zam. Sungguh luar biasa, jika Allah telah menghendaki apapun bisa terjadi.

pexels-pixabay-221189.jpg

Foto oleh Pixabay dari Pexels

Nama Zamzam juga memiliki kisah, disebut air zamzam karena sumber air tersebut terus terpancar tiada henti bahkan diumpamakan kota Makkah akan tenggelam bila hal tersebut terus terjadi. Maka, Siti Hajar berucap “Zamzam, zamzam!” yang berarti, “Kumpullah, kumpullah!’ sehingga mata air tersebut tetap memancar namun secukupnya.

Hikmah Rukun Sa’i

Belajar dari Siti Hajar, ada banyak hikmah yang bisa Anda ambil dari rukun sa’i. Ada nilai-nilai positif yang bisa Anda laksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut beberapa hikmah yang bisa Anda pelajari:

Belajar Tentang Iman

Siti Hajar merupakan salah satu hamba yang istimewa di hadapan Allah karena keimanannya. Ini terbukti dari respon beliau saat Nabi Ibrahim menyatakan bahwa apa yang dilakukannya adalah karena perintah Allah SWT. Ia juga yakin bahwa Allah tak akan menelantarkannya, walaupun secara kasat mata ia tinggal di tanah yang gersang saat itu.

Bersikap Tawakkal

Siti Hajar juga menunjukkan betapa ia sangat tawakkal kepada Rabbnya. Berbeda dengan pasrah, tawakkal merupakan sikap menyerahkan segala apa yang terjadi menurut dengan kemauan Allah. Oleh karena itu, dalam sikap tawakkal juga ada peran ikhtiar Siti Hajar di sana. Tugas manusia adalah berikhtiar, tetapi soal takdir Allah yang menentukan. Sehingga tetap bergantung kepada Allah sebagai satu-satunya pemberi pertolongan dan Yang Maha Menghendaki.

Mendahulukan Ikhtiar

Seperti pemaparan di atas, tawakkal tetap disertai dengan ikhtiar. Ibunda Siti Hajar mencontohkan bagaimana ia tak berputus asa mencari sumber air antara bukit Shafa dan Marwa. Ia tetap bergerak tanpa henti, diiringi keimanan dan sikap tawakkalnya untuk terus berikhtiar. Sehingga Allah berikan bantuan mata air zamzam di bawah kaki Ismail kecil.

Jika dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, Anda boleh berikhtiar dengan cara apapun selama itu dengan jalan yang diridhoi Allah. Akan tetapi, kadang Allah hadirkan solusi dari arah yang tak disangka-sangka. Tidak harus dari apa yang Anda inginkan, tetapi tetap meyakini bahwa itulah yang terbaik menurut Allah.

Ikhlas

Sebagai penutup, dari sa’i Anda dapat mengambil hikmah tentang keikhlasan. Bagaimana Siti Hajar sangat ikhlas menerima ketetapan takdir yang Allah berikan, taat kepada perintah-Nya dengan ikhlas tanpa keluhan saat ditinggalkan Nabi Ibrahim, ikhlas membersamai Ismail, dan seterusnya. Tanpa adanya keikhlasan, akan sulit rasnya menerima ketetapan Allah, karena sifat manusia yang tak pernah puas.

Nah, itulah hikmah rukun sa’i yang dapat Anda pelajari dari kisah Siti Hajar. Semoga bisa menambah keimanan Anda, serta semakin bersemangat saat menjalankan ibadah haji dan umrah. Semoga bermanfaat!

Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id